Saturday, March 1, 2014

CINTA


Pagi ini, cintaku bertabur diantara sian dan nila
dalam spektrum romantis yang tak terhitung nisbahnya.
Mereka indah karena ada kau, cinta.

RUNTUH



Aku begitu runtuh
Seperti duduk diantara pusaran air
Tidak satupun yang menggulungku masuk
hanya terpental, lalu kembali dan terpental ditempat yang berdekatan
Andai berdiri.. takkan sempurna pijakanku
hanya ada dua pilihan yang terombang ambing
kesempatanku hanya satu
hanya ketika pusaran-pusaran itu kembali tenang lalu hilang pada masanya
dan aku tenggelam disalah satu pusaran
Sayangnya... aku berharap pada pusaran yang salah
Salah dari semua pembenaran
Salah karena berteman hujatan
Salah karena membinasakan

Aku begitu runtuh
Melihat emas disamping besi
Memadang kemilau salah satunya
Berhasrat menyentuhnya

Aku begitu runtuh
Sambil bertarung dalam kuasa kemunafikan
Berkilah mencari kesempatan bagai pencuri

Aku runtuh disalah satu buaian kekhilafanku sendiri
Aku runtuh di dalam jaring buatanku
Aku runtuh tanpa pembenaran

Runtuhhh....





MEREKA YANG SEDERHANA



-->
Fida berpuisi 5 hari ke 5. Ditulis dilapangan Blang Padang, pukul 8 malam. Sambil nemanin hamdi menghafal surah pendek dan menunggu suami yang lagi di 'Dunia Refleksi'.
Berhubung suasananya cocok, ada jangkrik, ada suara kodok.. ada juga kunang2 terbang rendah... yang bikin sempurnya ada suara angin dan pohon. Maka jadilah puisi ini:

MEREKA YANG SEDERHANA
Aku melihatnya
Mendengarnya..
Merasakannya
Berbagai bentuk yang KAU kirimkan
yang terbang rendah namun seimbang
yang bersuara tipis tapi memekik
yang bergoyang diatas bayangannya
yang tak jatuh walau bertopang ringan
Mereka kuasa MU
Beratraksi dihadapanku, sekarang dan sampai nanti
Mereka yang lebih sederhana dibanding aku
Berfikir dan beraksi tanpa beban
Hanya menyolok disaat yang tepat
dan hidup didunia kejam yang dianggap ringan
Mereka yang terbantahkan keberadaannya
yang kadang diburu tanpa ampun
sampai terberai hilang ikatan mereka
Tapi tetap mereka berkelakuan ringan
Melupakan kekejaman kami
yang tak memberi mereka ruang udara yang cukup
yang puas dengan ke alpaan mereka
dan senang menggantikan mereka dengan suara-suara model baru
Suara-suara yang datang atas nama kebudayaan modern
dan metropolitan

Menanti

Telinga ini ditemani dentuman musik
Melanglang masuk bersama desir indahnya wahana hayalan
Menanti yang tak kunjung datang
Sambil berharap bantuan melalui sebuah mimpi
Menanti untuk menggantikanku saat ini
ketika saat ini yang harusnya aku tak mampu berada disini

Disana.. disudut mataku samar pintu itu masih tak tergerak
bunyi decit yang setia datang
bersama aroma tubuh beberapa orang..
melewati pintu yang sama...
Tapi tak satupun akan menggantikanku
duduk berdawai dengan alunan ini

Masih menunggu....

august 8, 2009
@ meja operator uffffff